Senin, 07 Juli 2008

Tulak Ma Unjun!

Kuangkat telpon genggamku dan ku baca siapa yang memanggil aku, ternyata teman ku Aam, ku pencet tombolnya

“assalamu’alaikum”

“alaikum salam” jawabku

“jadikah kita?

“maunjunkah?

“i-ieh”

:jam berapa tulakan”

“wahini pang nah, aku sarapan dulu lah!

“he-ieh, ayuja”

“keina ku datangi situ”

“aja, lagi nonton insert nah”

“baaaahhhhh…, katuju jua inya manonton insert sakalinya”

“Asal jangan nang kada-kada ha”

“hahahahahaa…., hadangi ja’

“unda mandi dulu jua nah!

Setelah mandi aku siap-siap peralatan kemudian sarapan pagi, selang tak berapa lama kawanku tadi datang dengan Honda astera grand nya serta peralatan pancing yang dibawanya. Kami ngobrol sebentar sambil menikmati rokok, kira-kira kemana tujuan kita mincing kali ini.

“kita ke tempat nang semalam ja kah?

“bisa, itu bisa diatur, tergantung lokasi yang kita dapatkan nanti, rame atau kada iwaknya”

“bujur julak-ai, kada tasalah tu”

“bila kada rame pindah tempat kita”

“tasarah situ Haja, situ tahu nang mana cagar dihayau keina”

“ya tu, kamanakah lagi, nang panting iwaknya banyak”

“bujur pulang, surang maumpati haja”

Semua peralatan yang dibawa sudah lengkap, tinggal manukar umpan ja lagi

“kita kah bagamat”

“ayu, keina maisi minyak dulu di pomp Loktabat”

“heih gampang”

Kulihat mama sedang keluar membawa bungkusan sampah gasan di buang ke tanah kosong seberang rumah.

“tulak maunjunkah?

“i-ieh, ni pang nah maambili”

“ulun turunlah, Assalamu’alaikum”

“wa’alaikum salam”

Kustarter roda duanya temanku tadi, maka berangkatlah kami kearah Loktabat.

Kami melanjutkan perjalanan setelah mengisi bbm di pomp Loktabat, tiba di Landasan Ulin kami beli umpan buat mincing kemudian kami teruskan perjalanan, di simpang Liang Anggang kami mengambil arah Jalan lingkar selatan melewati pomp LA kami ambil arah kekiri terus di persimpangan kami ambil arah kekanan, menelusuri jalan tanah yang menuju ke areal tambang Pasir Putih.

Sebelum melewati SMP2 Gambut kami belok kiri menuju areal pertambangan dan setelah areal kami lewati, temanku minta berhenti

“aku mau kencing dulu”

“oh yak ah?

“aku handak mambuang am jua”

Tiba-tiba kawanku kaget melihat sesuatu.

“Kantong Semar”!

“mana?

“itu, tu lihat, banyak banar kalo!

“wah ….iya ni, kada salah tu”

“larang ni”

“kawa di ambil keina, bulikannya”

“bujur banar, kita buliki keina”

“ayuuu…kita berangkat lagi”

Kami tergoda dengan kantong semar yang barusan kami lihat, sepanjang jalan melintas masih terlihat beberapa pohon kantong semar disisi-sisi jalan yang kami lewati, betapa tidak kawanku sungguh sangat tergoda dengannya, karena harga kantong semar sekarang ini sangatlah mahal, padahal bagiku buat apa kantong semar, yang hanya tumbuh di pinggir jalanan seperti itu.

Aku tidak tahu apa gunanya kantong semar, tapi menurut temanku itu harganya bisa mencapai empat jutaan. Aku terpaku mendengarnya.

“hanya orang kaya bodoh yang mau beli kantong semar itu”

“kira-kira”

“mungkin saja kan?

Aku terus saja mengemudikan roda dua, belok kanan, belok kiri, menyeberang titian, belok kanan lagi dan belok kiri di ujung jalan areal tambang itu, sampailah di areal pemukiman penduduk setempat.

Satu persatu rumah-rumah penduduk kami lewati, tiba di pertigaan jalan kami berhenti sebentar di salah satu warung penduduk kampung. Sekedar melepaskan lelah dan penat aku minta dibuatkan kopi dan temanku minta segelas teh. Sambil menanti melepas lelah, ku seruput kopi panas.

“hmm…seger rasanya lidahku”

“ pak! Dimana kira-kira lokasi mancing yang ramai” kata temanku pada salah seorang pengunjung warung saat itu.

“ disana! Banyak orang mancing” sambil mengarahkan jari telunjuknya.

Kami pun menoleh kearah sana.

“ooo…iyakah pak, terima kasih pak”

“ hanyar ja kah handak ma unjun ni”

“ ya ai! Mancoba-i banarai pak ai. Kalo pang rami”

“ mulai mana tadi?

“ banjarbaru pak ai”

“ oooo…..”

Selesai menikmati kopi, kami pamit untuk melanjutkan mancing menuju lokasi yang telah di tunjukkan pada kami tadi. Dengan demikian kami tidak terlalu bersusah payah menemukannya….

Bagus memang! Tepat sekali dengan apa yang di bilang bapak tadi, sesuai dengan lokasi yang kami inginkan.\

“ bagus banar nah!

“ kita ma unjun disini haja!

“ ayooo..kada salah orang mamadahakan!

“ dasar babanaran!

“ lakasi kita mulai”

Baluman tuntung lagi kaina basambung haja!

2 komentar:

  1. Waduh... bahasa dialognya ini pake bahasa planet mana. Kagak ngarti gue..

    BalasHapus
  2. jangan-jangan kencingnya itu di taman bunga orang. wakakakaka..
    ulun handak jua nah kantong semarnya :D membibit sabiji dua biji gen

    BalasHapus

isi i haja sakahandak ikam